top of page

Patung Dalam Katolik

Seputar Katolik Vol. 1 oleh Keluarga Kecil 2017

     Halo KUKTEKers, sebagai orang Katolik, kita tentu mengetahui dan menyadari kalau di Gereja Katolik itu terdapat banyak patung di dalamnya, entah itu patung Yesus, Bunda Maria, para santo/santa, hingga patung malaikat. Tentu saja hal ini mengundang perhatian banyak orang yang tidak sedikit diantaranya menanyakan apakah hal ini sebenarnya diperbolehkan atau tidak. Mereka, yang bertentangan, berpendapat bahwa keberadaan patung-patung itu bisa saja membuat kita, yang sejalan, menjadi menyembah kepada berhala (Kel 20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun, yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.) mengingat patung itu adalah sebuah benda mati yang diciptakan oleh manusia (sederajat dengan kita), bukan Dia yang berada di atas kita.

 

    Berkaitan dengan hal itu, Gereja Katolik mempunyai pandangan bahwa patung itu digunakan sebagai simbol untuk menjadi media beribadah kita sehingga terdapat suatu visualisasi yang mendasar dan tidak abstrak dalam berdoa. Kita menaruh sikap hormat di hadapan patung/ gambar Tuhan Yesus, Bunda Maria atau para kudus lainnya bukan merupakan penyembahan berhala, sebab yang dihormati bukan patung itu sendiri melainkan pribadi yang dilambangkannya. Jika Tuhan Yesus memerintahkan kepada kita murid- murid yang dikasihi-Nya untuk menerima ibu-Nya, Bunda Maria, sebagai ibu (lih. Yoh. 19:26-27), maka sudah selayaknya kita menghormati Bunda Maria sebagai ibu rohani kita.

 

 Hal ini berbeda dengan “menyembah berhala” yang secara prinsip adalah menempatkan ciptaan (patung) di tempat Allah Pencipta. Maka menyembah berhala artinya menyembah suatu ciptaan sebagai Allah, dan bukan menyembah Allah Pencipta, dan dengan demikian melanggar perintah pertama dari kesepuluh perintah Allah (lih. Kel 20:3-5). Sebagai contoh, kita mengetahui bahwa bangsa Israel jatuh berkali-kali dalam penyembahan kepada allah- allah lain ini, mereka mempunyai allah lain di hadapan-Nya; mereka membuat patung dan menyembah patung itu sebagai allah lain itu (lih. Kel 32:1-35).

 

    Lalu bagaimana dengan upacara perayaan Jumat Agung di Gereja Katolik? Kita tahu bahwa pada perayaan Jumat Agung, Gereja Katolik mengadakan upacara penghormatan/ penciuman Salib Kristus. Sekali lagi, perbuatan ini menimbulkan berbagai tanggapan baik pro ataupun kontra. Namun, penciuman Salib pada perayaan Jumat Agung bukan berhala, karena yang dihormati bukan salib itu, tetapi maknanya, yaitu Kristus yang tersalib, yang rela mengurbankan diri-Nya demi menebus dosa-dosa kita. Salib telah menjadi tanda kemenangan dan kekuatan Allah (1 Kor 1:18). Penghormatan kepada Kristus yang tersalib, adalah sesuai dengan ajaran Sabda Tuhan sebagaimana tertulis dalam Surat Rasul Paulus, “Aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain dari Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan” (1Kor 2:2). Itulah juga sebabnya, mengapa salib di Gereja Katolik menyertakan tubuh (corpus) Kristus.

 

   Jadi, sesuai dengan Kel 20:3-5, Tuhan memang melarang kita untuk membuat patung atau simbol untuk kita sembah dan puja, tetapi Tuhan tidak melarang kita untuk membuat gambar dan hal- hal yang menyerupai sesuatu yang bisa digunakan untuk  sarana pengajaran dan salah satu bentuk umat untuk bisa lebih menghayati kedekatannya dengan Tuhan Yesus dan tokoh rohani lainnya. Salah satu bukti dari hal tersebut adalah ketika Tuhan memerintahkan untuk membuat patung untuk keperluan ibadah. Bilangan 21:8 “Maka berfirmanlah Tuhan kepada Musa: ‘Buatlah (sebuah patung) ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.” (Ular ini yang ditinggikan Musa menjadi gambaran dari Yesus Putera Allah yang harus ditinggikan (Yoh 3:14)).

 

Referensi:

http://alkitab.sabda.org/

http://www.katolisitas.org

http://www.imankatolik.or.id

http://www.masterberita.com

bottom of page